
Sadar
akan potensi perikanan yang cukup besar, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terus
pacu peningkatan produksi ikan, khususnya melalui budidaya. Sejumlah daerah di
Jateng menunjukkan hasil positif dalam mendongkrak produksi perikanan.
Contohnya kampung lele di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali,
desa nila di Kecamatan Polanharjo Klaten, kampong gurame di eks Karesidenan
Banyumas, budidaya rumput laut di Brebes, serta akan menyusul kampong Patin di
Banyubiru Semarang.
Geliat di perikanan budidaya, juga diikuti
perikanan tangkap. Hal ini dibuktikan dengan ditambahnya armada kapal ikan pada
2010 sebanyak 6 kapal. Rencananya pada 2011 akan ditambah lagi 27 kapal, yaitu
dari anggaran Tugas Pembantuan Provinsi 20 kapal dan anggaran Dana Alokasi
Khusus Provinsi Bidang Kelautan Perikanan sebanyak 7 kapal "Semua ini demi
menyukseskan program Kementerian Kelautan Perikanan, terkait obsesi jadi raja
perikanan di tingkat internasional." Kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jawa Tengah, Ir Subagyo, M.M yang ditemui pada acara sosialisasi
Hasilhasil Pembangunan Kelautan dan Perikanan di hotel Siliwangi-Semarang belum
lama ini.
Ia menjelaskan, sederet program pengembangan
perikanan tersebut telah dipersiapkan matang melalui berbagai kegiatan
pendukung. Kegiatan tersebut diantaranya optimalisasi dan revitalisasi
perikanan pembudidaya, termasuk teknologi dan pengembangan pembenihan serta
pengolahannya hingga hilir. Langkah ini dilakukan dalam rangka percepatan
produktivitas perikanan serta menumbuhkembangkan jiwa wirausaha mandiri para
pembudidaya.
Sementara untuk perikanan tangkap fokus pada
pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana. Tujuannya untuk mendukung
optimalisasi tangkapan berkualitas, contohnya dengan pengadaan alat tangkap
ramah lingkungan dan restrukturisasi armada dari di bawah 10 GT (Gross Ton)
menjadi 30 GT.
Secara umum produksi perikanan budidaya di Jateng
mengalami kenaikan cukup signifikan. Data menunjukkan, total produksi mengalami
kenaikan sebesar 14.19% dari 128.705,70 ton (2008) menjadi 149.987,6 ton
(2009). Potensi tersebut banyak diperoleh dari budidaya ikan di kolam, keramba,
waduk, dan tambak. Sementara, perikanan tangkap mengalami kenaikan sebesar 1.40
% dari 192.124,70 ton (2008) menjadi 194.861,80 ton (2009).
Kampung
Lele
Boyolali
Pengembangkan kampung lele di Desa Tegalrejo,
Boyolali, terbilang sukses. Produksi Kampung lele Tegalrejo di lahan seluas 21
hektar sudah mencapai 11 ton per hari. Konsep pengembangan sentra budidaya lele
itu pun mulai ditiru wilayah lainnya seperti Kabupaten Semarang, Demak,
Magelang, dan lainnya.
Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan
Boyolali, drh. Dwi Priyatmoko, produksi lele di Boyolali sedikit terganjal
luasan wilayah pengembangan yang terbatas. Oleh karena itu, lanjutnya, wilayah
budidaya lele mulai dikembangkan di Kecamatan Teras dan Banyudono serta desa di
sekitar Tegalrejo.
Kedua daerah tersebut merupakan hinterland
(kawasan penyangga) yang juga jadi target pengembangan minapolitan Boyolali.
Pengembangan area tersebut, jelas Dwi, difokuskan pada aspek produksi
pembenihan lele berbasis kerakyatan. Saat ini kebutuhan benih lele di kampung
lele mencapai 6 juta ekor/bulan. Pasokan benih itu sekitar 1,5 juta berasal
dari lokal dan sisanya didatangkan dari daerah sekitar, seperti Jawa Timur dan
Yogyakarta.
Guna mengimbangi peningkatan produksi lele,
tambah Dwi, tidak ketinggalan pihaknya juga memperhatikan soal kelestarian
lingkungan. Langkah antisipasi yang tengah disiapkan terkait pencemaran limbah
hasil budidaya yaitu pengambangan instalasi pengolahan limbah. Teknologi yang
dikembangkan diantaranya perbaikan struktur tanah dengan fermentasi yang
menghasilkan plankton. "Kolam diberikan formula limbah kotoran ternak
(ayam) yang dipacu dengan starbio (produk bakteri pengurai)," kata Dwi.
Sentra
Gurame
Banjarnegara
Serupa pengembangan dengan perikanan unggulan
Boyolali, Banjarnegara juga mengembangkan kawasan minapolitan. Wilayah yang
menjadi sentra pengembangan minapolitan dikenal dengan sebutan Raja Purbawa
(Kecamatan Rakit, Mandiraja,Purwonegoro, Bawang, dan Wanadadi).
Penggarapan perikanan budidaya Kabupaten
Banjarnegara difokuskan pada pembenihan ikan gurame untuk mendukung daerah eks
Karesidenan Banyumas yang kian dikenal sebagai lumbung pembesaran Gurame. Salah
satu alasan difokuskannya usaha pembenihan gurame karena usaha ini tidak
membutuhkan lahan luas namun hasilnya cukup besar. Banjarnegara memang punya
potensi alam terutama sumber air yang bagus untuk mendukung usaha pembenihan
gurame.
Menurut Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian,
Perikanan dan Peternakan Banjarnegara, Totok Setyo Winarno, Banjarnegara
dikenal sebagai sentra benih gurame tidak terlepas dari keberhasilan
pengembangan budidaya ikan air tawar itu oleh Balai Benih Ikan (BBI) Pucang.
"Kualitas benih yang dihasilkan cocok dikembangkan untuk wilayah perairan
sekitar sehingga permin-taan benih gurame cukup tinggi," kata Totok.
Untuk memenuhi besarnya permintaan benih gurame,
BBI tidak bekerja sendiri. Pembenihan skala rakyat pun ikut dikembangkan. Pihak
BBI fokus pada menghasilkan telur dan benih gurame sampai umur 2 minggu. Lalu
untuk tahap pendederan dilakukan oleh pembenihan rakyat sampai benih gurame
berumur 3 atau 4 minggu (siap ditebar pada kolam pembesaran). Baik pihak BBI
maupun pembenih rakyat saling mendukung.
Peningkatan produksi pembesaran gurame di
Banjarnegara sekitar 15,22%/ tahun, peningkatan pembenihan di BBI sekitar
21,52%/tahun, dan pembenihan skala rakyat sekitar 18,64%/tahun. Produksi benih
gurame produksinya mencapai 271.900.000 ekor/tahun dengan luas lahan sekitar
60,38 hektar. BBI Pucang mampu memproduksi 2.791.000 ekor/ tahun di lahan
seluas 2 hektar.
Sementara area pembesaran di Banjarnegara yang
tergarap baru sekitar 328,83 hektar dengan produksi 3.956,70 ton/tahun.
"Ke depan sektor pembesaran akan juga dioptimalkan pengembangannya,"
ujar Totok semangat.
Potensi
Ikan
Laut
Kebumen
Menurut Kepala Dinas
Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kebumen, A. Trie Prodjo, daerahnya memiliki
potensi perikanan tangkap yang cukup melimpah. "Potensi ikan laut wilayah
pantai selatan mencapai 662,58 ribu ton, sementara peman-faatannya baru
tereks-ploitasi sekitar 1.207,40 ton," ujar Trie.
Kebumen memiliki wilayah laut (radius 4 mil)
sepanjang 57,5 km (seluas 68.670,5 hektar) dari perbatasan Purworejo sampai
dengan Cilacap. Daerah penangkapan ikannya seluas 34.000 km2. Potensi jenis
ikan laut antara lain ikan pelagis, demersal, dan udang yang tersebar sepanjang
wilayah pesisir Kebumen dari Kecamatan Ayah sampai Kecamatan Mirit.
Selama ini operasi penangkapan ikan masih fokus
pada jalur 1 (di bawah 4 mil), karena hanya memakai kapal ikan ukuran 1 GT yang
jumlahnya berkisar 1.000 kapal. Supaya hasil tangkapan di jalur 1 tidak
terkuras, operasi penangkapan akan digeser ke jalur 2 (4 - 12 mil) maupun 3 (di
atas 12 mil).
Trie mengatakan, dengan terus digenjotnya
produksi sejumlah sarana dan prasaran pendukung mulai dipersiapkan, khususnya
pendaratan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Termasuk pertambahan dermaga
kapal berkapasitas 15 - 30 GT.
Di Kebumen, setidaknya telah terbangun 7 TPI yang
telah beroperasi, diantaranya TPI Argopeni, Karangduwur dan Pasir (barat),
Logending dan Tanggulangin (tengah), serta Rowo dan Srati (timur). "Ke
depan akan direncanakan peningkatan pemanfaatan TPI Logending sebagai pelabuhan
yang dapat menampung kapal di atas 15 - 30 GT," kata Trie.
Batang
Fokus
Pelestarian
SDA
Sedikit berbeda dengan wilayah lainnya di Jateng
yang fokus pada peningkatan produksi perikanan, Kabupaten Batang justru
memprioritaskan pada upaya pelestarian ekosistem laut. Hal ini diwujudkan
dengan upaya rehabilitasi dan konservasi ekosistem vital pesisir dan laut.
Upaya ini dilakukan baik dengan penanganan fisik, vegetasi maupun meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian
ekosistem/lingkungan.
Menurut Kepala Sub Bagian Perencanaan Dinas
Kelautan dan Perikanan Batang, Hermanto, kegiatan konservasi dilakukan melihat
populasi hutan mangrove yang kian menurun, meluasnya abrasi, sedimentasi, serta
rusaknya terumbu karang di laut. "Harapannya, beberapa program pelestarian
setidaknya dapat mendongkrak kembali produksi perikanan tangkap dan produksi
tambak udang di sepanjang pantai utara Batang," kata Hermanto.
Batang mempunyai luas wilayah laut (radius 4 mil)
287,060 km2 dengan garis panjang pantai 38,75 km. Batang juga punya 17 desa
pantai dalam 6 kecamatan dengan produksi perikanan tangkap mencapai 18.562,6
ton. Sementara produksi perikanan tambak mencapai 509.327 ton dengan luas
tambak produktif sekitar 292,95 hektar. Padahal potensi luas lahan tambak yang
ada di Batang mencapai 1.429,2 hektar.
Hermanto menambahkan, selain focus pada produksi
perikanan tangkap dan tambak udang, ke depan Batang juga meningkatkan produksi
budidaya ikan air tawar. Termasuk pengembangan usaha pengolahan ikan baik skala
tradisional maupun industri.