Senin, 19 Maret 2012

SOSIALISASI HASIL-HASIL PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


Sadar akan potensi perikanan yang cukup besar, Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terus pacu peningkatan produksi ikan, khususnya melalui budidaya. Sejumlah daerah di Jateng menunjukkan hasil positif dalam mendongkrak produksi perikanan. Contohnya kampung lele di Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali, desa nila di Kecamatan Polanharjo Klaten, kampong gurame di eks Karesidenan Banyumas, budidaya rumput laut di Brebes, serta akan menyusul kampong Patin di Banyubiru Semarang. 

Geliat di perikanan budidaya, juga diikuti perikanan tangkap. Hal ini dibuktikan dengan ditambahnya armada kapal ikan pada 2010 sebanyak 6 kapal. Rencananya pada 2011 akan ditambah lagi 27 kapal, yaitu dari anggaran Tugas Pembantuan Provinsi 20 kapal dan anggaran Dana Alokasi Khusus Provinsi Bidang Kelautan Perikanan sebanyak 7 kapal "Semua ini demi menyukseskan program Kementerian Kelautan Perikanan, terkait obsesi jadi raja perikanan di tingkat internasional." Kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Ir Subagyo, M.M yang ditemui pada acara sosialisasi Hasilhasil Pembangunan Kelautan dan Perikanan di hotel Siliwangi-Semarang belum lama ini.
Ia menjelaskan, sederet program pengembangan perikanan tersebut telah dipersiapkan matang melalui berbagai kegiatan pendukung. Kegiatan tersebut diantaranya optimalisasi dan revitalisasi perikanan pembudidaya, termasuk teknologi dan pengembangan pembenihan serta pengolahannya hingga hilir. Langkah ini dilakukan dalam rangka percepatan produktivitas perikanan serta menumbuhkembangkan jiwa wirausaha mandiri para pembudidaya.
Sementara untuk perikanan tangkap fokus pada pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana. Tujuannya untuk mendukung optimalisasi tangkapan berkualitas, contohnya dengan pengadaan alat tangkap ramah lingkungan dan restrukturisasi armada dari di bawah 10 GT (Gross Ton) menjadi 30 GT.
Secara umum produksi perikanan budidaya di Jateng mengalami kenaikan cukup signifikan. Data menunjukkan, total produksi mengalami kenaikan sebesar 14.19% dari 128.705,70 ton (2008) menjadi 149.987,6 ton (2009). Potensi tersebut banyak diperoleh dari budidaya ikan di kolam, keramba, waduk, dan tambak. Sementara, perikanan tangkap mengalami kenaikan sebesar 1.40 % dari 192.124,70 ton (2008) menjadi 194.861,80 ton (2009).

Kampung Lele Boyolali

Pengembangkan kampung lele di Desa Tegalrejo, Boyolali, terbilang sukses. Produksi Kampung lele Tegalrejo di lahan seluas 21 hektar sudah mencapai 11 ton per hari. Konsep pengembangan sentra budidaya lele itu pun mulai ditiru wilayah lainnya seperti Kabupaten Semarang, Demak, Magelang, dan lainnya. 

Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, drh. Dwi Priyatmoko, produksi lele di Boyolali sedikit terganjal luasan wilayah pengembangan yang terbatas. Oleh karena itu, lanjutnya, wilayah budidaya lele mulai dikembangkan di Kecamatan Teras dan Banyudono serta desa di sekitar Tegalrejo.
Kedua daerah tersebut merupakan hinterland (kawasan penyangga) yang juga jadi target pengembangan minapolitan Boyolali. Pengembangan area tersebut, jelas Dwi, difokuskan pada aspek produksi pembenihan lele berbasis kerakyatan. Saat ini kebutuhan benih lele di kampung lele mencapai 6 juta ekor/bulan. Pasokan benih itu sekitar 1,5 juta berasal dari lokal dan sisanya didatangkan dari daerah sekitar, seperti Jawa Timur dan Yogyakarta.
Guna mengimbangi peningkatan produksi lele, tambah Dwi, tidak ketinggalan pihaknya juga memperhatikan soal kelestarian lingkungan. Langkah antisipasi yang tengah disiapkan terkait pencemaran limbah hasil budidaya yaitu pengambangan instalasi pengolahan limbah. Teknologi yang dikembangkan diantaranya perbaikan struktur tanah dengan fermentasi yang menghasilkan plankton. "Kolam diberikan formula limbah kotoran ternak (ayam) yang dipacu dengan starbio (produk bakteri pengurai)," kata Dwi.

Sentra Gurame Banjarnegara

Serupa pengembangan dengan perikanan unggulan Boyolali, Banjarnegara juga mengembangkan kawasan minapolitan. Wilayah yang menjadi sentra pengembangan minapolitan dikenal dengan sebutan Raja Purbawa (Kecamatan Rakit, Mandiraja,Purwonegoro, Bawang, dan Wanadadi).
Penggarapan perikanan budidaya Kabupaten Banjarnegara difokuskan pada pembenihan ikan gurame untuk mendukung daerah eks Karesidenan Banyumas yang kian dikenal sebagai lumbung pembesaran Gurame. Salah satu alasan difokuskannya usaha pembenihan gurame karena usaha ini tidak membutuhkan lahan luas namun hasilnya cukup besar. Banjarnegara memang punya potensi alam terutama sumber air yang bagus untuk mendukung usaha pembenihan gurame. 

Menurut Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Banjarnegara, Totok Setyo Winarno, Banjarnegara dikenal sebagai sentra benih gurame tidak terlepas dari keberhasilan pengembangan budidaya ikan air tawar itu oleh Balai Benih Ikan (BBI) Pucang. "Kualitas benih yang dihasilkan cocok dikembangkan untuk wilayah perairan sekitar sehingga permin-taan benih gurame cukup tinggi," kata Totok.
Untuk memenuhi besarnya permintaan benih gurame, BBI tidak bekerja sendiri. Pembenihan skala rakyat pun ikut dikembangkan. Pihak BBI fokus pada menghasilkan telur dan benih gurame sampai umur 2 minggu. Lalu untuk tahap pendederan dilakukan oleh pembenihan rakyat sampai benih gurame berumur 3 atau 4 minggu (siap ditebar pada kolam pembesaran). Baik pihak BBI maupun pembenih rakyat saling mendukung.
Peningkatan produksi pembesaran gurame di Banjarnegara sekitar 15,22%/ tahun, peningkatan pembenihan di BBI sekitar 21,52%/tahun, dan pembenihan skala rakyat sekitar 18,64%/tahun. Produksi benih gurame produksinya mencapai 271.900.000 ekor/tahun dengan luas lahan sekitar 60,38 hektar. BBI Pucang mampu memproduksi 2.791.000 ekor/ tahun di lahan seluas 2 hektar.
Sementara area pembesaran di Banjarnegara yang tergarap baru sekitar 328,83 hektar dengan produksi 3.956,70 ton/tahun. "Ke depan sektor pembesaran akan juga dioptimalkan pengembangannya," ujar Totok semangat.

Potensi Ikan Laut Kebumen

Menurut Kepala Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kebumen, A. Trie Prodjo, daerahnya memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup melimpah. "Potensi ikan laut wilayah pantai selatan mencapai 662,58 ribu ton, sementara peman-faatannya baru tereks-ploitasi sekitar 1.207,40 ton," ujar Trie.
Kebumen memiliki wilayah laut (radius 4 mil) sepanjang 57,5 km (seluas 68.670,5 hektar) dari perbatasan Purworejo sampai dengan Cilacap. Daerah penangkapan ikannya seluas 34.000 km2. Potensi jenis ikan laut antara lain ikan pelagis, demersal, dan udang yang tersebar sepanjang wilayah pesisir Kebumen dari Kecamatan Ayah sampai Kecamatan Mirit.
Selama ini operasi penangkapan ikan masih fokus pada jalur 1 (di bawah 4 mil), karena hanya memakai kapal ikan ukuran 1 GT yang jumlahnya berkisar 1.000 kapal. Supaya hasil tangkapan di jalur 1 tidak terkuras, operasi penangkapan akan digeser ke jalur 2 (4 - 12 mil) maupun 3 (di atas 12 mil).
Trie mengatakan, dengan terus digenjotnya produksi sejumlah sarana dan prasaran pendukung mulai dipersiapkan, khususnya pendaratan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Termasuk pertambahan dermaga kapal berkapasitas 15 - 30 GT.
Di Kebumen, setidaknya telah terbangun 7 TPI yang telah beroperasi, diantaranya TPI Argopeni, Karangduwur dan Pasir (barat), Logending dan Tanggulangin (tengah), serta Rowo dan Srati (timur). "Ke depan akan direncanakan peningkatan pemanfaatan TPI Logending sebagai pelabuhan yang dapat menampung kapal di atas 15 - 30 GT," kata Trie.

Batang Fokus Pelestarian SDA

Sedikit berbeda dengan wilayah lainnya di Jateng yang fokus pada peningkatan produksi perikanan, Kabupaten Batang justru memprioritaskan pada upaya pelestarian ekosistem laut. Hal ini diwujudkan dengan upaya rehabilitasi dan konservasi ekosistem vital pesisir dan laut. Upaya ini dilakukan baik dengan penanganan fisik, vegetasi maupun meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem/lingkungan. 

Menurut Kepala Sub Bagian Perencanaan Dinas Kelautan dan Perikanan Batang, Hermanto, kegiatan konservasi dilakukan melihat populasi hutan mangrove yang kian menurun, meluasnya abrasi, sedimentasi, serta rusaknya terumbu karang di laut. "Harapannya, beberapa program pelestarian setidaknya dapat mendongkrak kembali produksi perikanan tangkap dan produksi tambak udang di sepanjang pantai utara Batang," kata Hermanto.
Batang mempunyai luas wilayah laut (radius 4 mil) 287,060 km2 dengan garis panjang pantai 38,75 km. Batang juga punya 17 desa pantai dalam 6 kecamatan dengan produksi perikanan tangkap mencapai 18.562,6 ton. Sementara produksi perikanan tambak mencapai 509.327 ton dengan luas tambak produktif sekitar 292,95 hektar. Padahal potensi luas lahan tambak yang ada di Batang mencapai 1.429,2 hektar.
Hermanto menambahkan, selain focus pada produksi perikanan tangkap dan tambak udang, ke depan Batang juga meningkatkan produksi budidaya ikan air tawar. Termasuk pengembangan usaha pengolahan ikan baik skala tradisional maupun industri.


 Sumber : Diskanlut Jateng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar