Sederet
prestasi baik yang positif maupun negatif melekat pada perjalanan hidup
Kades yang berperawakan gempal dan bertampang sangar ini. Menjadi
Kepala Desa pun dilandasi keinginan warga masyarakat Desa Purwonegoro
untuk menciptakan suasana desa yang aman dan kondusif. Toto
Hardono, di kalangan masyarakat Purwonegoro sebelumnya merupakan sosok
anak nakal yang suka membuat ulah dan meresahkan masyarakat. Tabiat
buruknya dianggap selalu mengancam ketentraman masyarakat. Jalan
satu-satunya untuk menghentikan ulahnya adalah menjadikannya sebagai
seorang Kepala Desa, karena secara tidak langsung memberikan sebuah
tanggungjawab dan harus cakap dalam segala hal serta harus selalu
mengedepankan sisi positifnya.
Mengetahui
kehidupan Toto muda bisa dibilang kelam dan suram. Berbagai macam laku
pekerjaan telah dilakoninya. Mulai dari pekerja kasar di proyek Waduk
Mrica pada tahun 1982-1984. Kemudian pada tahun 1984 hingga 1986 bekerja
di Tembagapura, Irian Jaya. Selepas dari Tembagapura, Toto menjadi
sopir bus jurusan Wonosobo-Purwokerto selama setengah tahun dan
dilanjutkan menjadi sopir truk hingga tahun 1988.
Sekian
tahun hidup jauh dari rumah, Toto mencoba peruntungan untuk menjadi
sekretaris desa, namun upayanya gagal. Kegagalan ini mendorongnya untuk
melakukan demo, hal yang tabu di negara ini pada waktu itu. Akhirnya,
daripada membikin onar di desanya, Toto pun diangkat menjadi perangkat
desa menjabat sebagai Kaur Keuangan.
Periode
pemilihan Kepala Desa tahun 1992, Toto maju sebagai calon Kepala Desa.
Mungkin karena warga masyarakat sudah tahu tabiat Toto yang pasti akan
membikin ulah lagi kalau tidak bisa terpilih jadi Kepala Desa, akhirnya
Toto pun terpilih secara aklamasi menjadi Kepala Desa.
Namun, kehidupan
keras yang telah dijalaninya selama bertahun-tahun tidaklah langsung
surut. Kebiasaanya menengak minuman keras dan bermain judi masih saja
tetap dilakukan, meski dirinya telah menjadi Kepala Desa. ”Dulu, di
tembok-tembok rumah saya. Berjejer pajangan botol miras berbagai merk,
dari yang kelas murahan hingga yang mahal,” ujarnya.
Bertambahnya usia, telah menjadikan dirinya semakin dewasa. Kebiasaan buruknya, beberapa tahun kebelakang mulai ditinggalkannya, hingga pada 2003 Toto menunaikan ibadah haji.
Purwonegoro yang berprestasi
Pembangunan Purwonegoro sepanjang pemerintahan Toto Hardono terbilang membanggakan. Berbagai prestasi baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun di tingkat nasional telah diraih.
Di
awal pemerintahannya, Purwonegoro berhasil menjuarai lomba Pola Tanam
tingkat nasional, tepatnya tahun 1993. Pada Lomba Cerdas Cermat
Klompencapir di era Orde Baru juga mampu menjadi juara, tiga periode
berurutan sejak tahun 1995 hingga tahun 1997. Kemudian pada Lomba Pos
Kamling mendapat Juara di tingkat Jawa Tengah pada tahun 2003. Di tahun
2003 ini juga, Purwonegoro berhasil menjuarai Lomba Keluarga Berencana
Kesehatan tingkat nasional.
Toto
juga mempelopori masyarakatnya untuk mengadakan pengaspalan jalan desa
sepanjang 14 kilometer. Sebuah prestasi bagi mantan anak muda nakal yang
pada akhirnya telah dapat meyakinkan masyarakat desa Purwonegoro bahwa
ia memang seorang pemimpin yang bisa membawa kemajuan bagi masyarakat
dan desanya. Toto sekarang bukanlah lagi Toto yang dahulu senang bikin
onar.
Prakarsa
mengumpulkan dana swadaya masyarakat pada saat itu merupakan hal yang
baru pertama kali di Banjarnegara. Ia menghimpun swadaya dari masyarakat
dan untuk menutup sedikit kekurangannya ia baru meminta bantuan ke
pemerintah kabupaten melalui Dinas Pekerjaan Umum untuk memperoleh
bantuan aspal. Hasilnya benar-benar nyata dan dapat dinikmati seluruh
warga desa Purwonegoro. Sekarang bila memasuki kawasan Desa Purwonegoro
yang luasnya mencapai 650 hektar tersebut, tidak ada satupun ruas jalan
desa yang jelek.
Untuk
menciptakan lingkungan yang aman dan tentram, Toto menggerakkan
masyarakatnya untuk membangun puluhan pos kampling di tempat-tempat
rawan yang dipandang perlu. “Semua pos kamling yang ada di desa
Purwonegoro ini saya kasih televisi biar yang jaga betah untuk
melaksanakan kewajibannya,” ujar Toto.
Masyarakat Desa Purwonegoro memang sudah semakin peduli dengan pembangunan desanya. Partisipasi
mereka sangat tinggi. Untuk itu Toto pun merasa wajib untuk
sungguh-sungguh mengemban amanah yang diberikan kepadanya untuk memimpin
Purwonegoro.
Menilik
balai desa sebagai simbol pemerintahan desa, bisa meyakinkan bahwa
seorang Toto dalam memimpin desanya tidaklah ’semau gue’. Bangunan balai
desa terlihat megah dengan lantai keramik licin yang menjadikan nyaman
para perangkat dalam melayani masyarakat Purwonegoro.
Kades yang peduli keluarga
Adalah
Hj Agustirin Sulistiarin, pegawai Puskesmas Purwonegoro yang menjadi
teman kala suka dan duka dalam perjalanan hidup Toto Hardono. Agustirin
telah paham bagaimana seorang Toto yang menikahinya ketika berumur 19
tahun ini. ”Saya ikhlas saja mengikuti Pak Toto, kemanapun dia melangkah
saya mengikuti,” ujar wanita keibuan yang telah memperoleh tiga orang
putra hasil perkawinannya dengan Toto.
Lebih
jauh Agustirin mengungkapkan, saat ini dirinya sangat bersyukur, karena
semenjak naik haji pada tahun 2003, Toto telah berubah 180 derajat. Ia
bercerita, di rumahnya yang cukup megah dulunya ada tempat yang
dikhususnya untuk ajang judi dan minum-minuman keras. Kini telah disulap
menjadi sebuah mushola kecil yang diperuntukkan bagi keluarga.
Walaupun tidak besar, desainnya ditata dengan cukup apik. ”Bangunan
mushola ini makin membuat adem dan tentram suasana kehidupan keluarga
kami,” tambah Agustirin.
Selain
membesarkan putra-putrinya, keluarga Toto saat ini juga menampung dan
mengasuh 10 orang anak asuh. Hal ini telah dilakukan beberapa tahun
belakangan ini. Selain membesarkan, mendidik, keluarga Toto juga
mencarikan pekerjaan sebagai bekal hidup anak-anak asuhnya. ”Dulu banyak
anak yang tinggal disini. Saat mereka dewasa, berkeluarga akhirnya bisa
memiliki rumah sendiri-sendiri,” ujar Toto yang ternyata berhati mulia
ini mengakhiri perbincangan.
Sumber :relawan desa 19 Juni 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar